Alterina Hofan.. Haruskah di Bui ?
acara kick andy di salah satu televisi swasta indonesia (metro tv) mengungkap kelainan kepribadian (kelainan pada kelamin manusia)
salah satunya adalah tentang kasusnya Alterina Hofan yang diduga melakukan penipuan jenis kelamin, yang sedang ramai dibicarakan, dan sedang dalam proses pengadilan.
berikut adalah ringkasan dari acara kick andy tentang hal tersebut
Apakah Anda mengikuti kasus dugaan pemalsuan identitas yang dituduhkan pada Alterina Hofan? Mana yang benar menurut Anda, seorang Alterina Hofan memang seorang perempuan yang berganti kelamin menjadi seorang laki-laki atau seorang laki-laki yang memiliki kerancuan jenis kelamin? Ini saatnya Anda mengetahui, bukan dari sisi hukumnya, namun secara medis seperti apakah sindrom Klinefelter, istilah yang belakangan ini ramai muncul di khalayak ramai dan sekaligus diperkirakan diderita oleh Alterina Hofan.
Dalam dunia medis, khususnya ilmu genetika, dikenal sindrom yang disebut sebagai Sindrom Kelainan Sel Kromosom. Dan sindrom Klinefelter ternyata hanya salah satu dari sekian varian sindrom Kelainan Sel Kromosom. Masih ada lagi varian sindrom ini, yang ternyata banyak terjadi di Indonesia dan jarang disadari oleh banyak keluarga. Selain Klinefelter, masih ada Turner-Syndrome dan Double-Y Chromossome. Dan tamu-tamu Kick Andy episode ini adalah sekian dari ratusan penderita yang diperkirakan ada di Indonesia.
Alter sendiri, pada awal kelahirannya dianggap sebagai seorang perempuan. Kelainan pada alat kelaminnya-lah, yang membuat dokter dan orang tuanya menganggapnya sebagai bayi perempuan. Alter didandani dan diperlakukan sebagaimana layaknya anak perempuan, bahkan hingga dia kuliah. Namun pergolakan terjadi dalam batin Alter. Ia justru merasa bahwa dirinya adalah seorang laki-laki, baik secara fisik atau alat kelamin laki-laki yang kemudian berkembang seiring pertumbuhan usianya, maupun secara psikologis. Ia lebih menyukai segala hal yang berbau laki-laki.
Hingga Alter akhirnya memutuskan untuk ”merekonstruksi” tubuhnya pada tahun 2006, dan mengubah secara hukum status jenis kelaminnya di PN Jayapura, tanah kelahirannya. Hingga akhirnya Ia bertemu Jane sebagai seorang laki-laki dan menikahinya. Di sinilah semua persoalan yang bersumber dari kelainan kromosom yang dideritanya berawal dan menjadi kasus yang menghebohkan dunia hukum nasional.
Masih ada sejumlah penderita kelainan kromosom lain yang akan berbagi cerita di Kick Andy.
Salah satunya adalah M.Rohim. Remaja asal Salatiga ini menderita sindrom yang sama persis dengan Alter. Namun berbeda dengan Alter, Rohim diperlakukan oleh orang tuanya sebagai seorang laki-laki. Hanya saja persoalan menyambutnya saat perkembangan alat kelaminnya tidak berjalan sebagaimana mestinya. Juga persoalan psikologis Rohim yang bagi kebanyakan orang di sekitarnya, dianggap ”banci” saat mereka tahu me ngenai pertumbuhan alat kelaminnya yang tidak sempurna.
Sementara Munaeroh, perempuan asal Batang Jawa Tengah menderita sindrom kebalikan dari Klinefelter, yaitu Turner-Syndrome. Munaeroh terlahir dengan jenis kelamin perempuan, namun mengalami ketidaksempurnaan pertumbuhan alat kelamin perempuannya. Bahkan saat menginjak usia remaja, di saat teman-teman perempuan sepermainannya mengalami menstruasi, ia tidak mendapatkannya. Bahkan hingga kini. Namun ia tetap menjalani hidupnya secara normal, bahkan hingga menikah dengan Hasan, suaminya saat ini.
Dan masih ada Rahmat Sutardi. Kisah pemuda asal Pemalang Jawa Tengah ini lebih unik lagi. Rahmat pernah menjalani 20 tahun kehidupannya sebagai seorang perempuan bernama Leni Mariana. Rahmat menderita sindrom kelainan kromosom yang disebut sebagai Double-Y Chromossome, yang secara simbol kromosom berkebalikan dengan Klinefelter. Jika Klinefelter ditulis lambangnya sebagai XX-Y, maka Double-Y Chromossom dilambangkan dengan X-YY. Dan dampak secara fisik, adalah adanya dua alat kelamin di tubuhnya. Dan karena saat bayi alat kelamin perempuan-nya lebih dominan, menyebabkan orang tuanya menganggapnya sebagai anak perempuan dan kemudian memperlakukannya sebagai anak perempuan Leni Mariana. Dan pergolakan batin Leni seiring pertumbuhan usia serta alat kelamin laki-lakinya, berujung pada keputusannya untuk melakukan operasi di bawah Tim Penyesuaian Kelamin RS Dr Kariadi Semarang. Kini secara hukum, Rahmat pun telah sah menyandang status sebagai laki-laki.
Bagaimana kisah-kisah menarik yang mengikuti perjalanan hidup mereka yang ”terlahir berbeda” karena kelainan kromosom ini? Apakah mereka tetap bisa ”sembuh” dan menjadi orang dengan status jenis kelamin yang sesuai dengan kodratnya
Tentang sindrom Klinefelter
Sindrom Klinefelter adalah kelainan genetik pada laki-laki yang diakibatkan oleh kelebihan kromosom X.[1] Laki-laki normal memiliki kromosom seks berupa XY, namun penderita sindrom klinefelter umumnya memiliki kromosom seks XXY.[1] Penderita sindrom klinefelter akan mengalami infertilitas, keterbelakangan mental, dan gangguan perkembangan ciri-ciri fisik yang diantaranya berupa ginekomastia (perbesaran kelenjar susu dan berefek pada perbesaran payudara), dll
Sejarah
Laporan pertama mengenai sindrom klinefelter dipublikasikan oleh Harry Klinefelter dan rekannya di Rumah Sakit Massachusetts, Boston.[2] Ketika itu tercatat 9 pasien laik-laki yang memiliki payudara membesar, rambut pada tubuh dan wajah sedikit, testis mengecil, dan ketidakmampuan memproduksi sperma.[2] Pada akhir tahun 1950-an, para ilmuwan menemukan bahwa sindrom yang dialami 9 pasian tersebut dikarenakan kromosom X tambahan pada lelaki sehingga mereka memiliki kromosom XXY.[2] Pada tahun 1970-an, para ilmuwan menyatakan bahwa kelainan klinefelter merupakan salah satu kelainan genetik yang ditemui pada manusia, yaitu 1 dari 500 hingga 1 dari 1.000 bayi laki-laki yang dilahirkan akan menderita sindrom ini
Penyebab
Kelebihan kromosom X pada laki-laki terjadi karena terjadinya nondisjungsi meiosis (meiotic nondisjunction) kromosom seks selama terjadi gametogenesis (pembentukan gamet) pada salah satu orang tua.[3] Nondisjungsi meiosis adalah kegagalan sepasang kromosom seks untuk memisah (disjungsi) selama proses meiosis terjadi. Akibatnya, sepasang kromosom tersebut akan diturunkan kepada sel anaknya,sehingga terjadi kelebihan kromosom seks pada anak. Sebesar 40% nondisjungsi meiosis terjadi pada ayah, dan 60% kemungkinan terjadi pada ibu. Sebagian besar penderita sindrom klinefelter memiliki kromosom XXY, namun ada pula yang memiliki kromosom XXXY, XXXXY, XXYY, dan XXXYY
Ciri-ciri
Mental
Anak laki-laki dengan kromosom XXY cenderung memiliki kecerdasan intelektual IQ di bawah rata-rata anak normal.[4] Sebagian penderita klinefelter memiliki kepribadian yang kikuk, pemalu, kepercayaan diri yang rendah, ataupun aktivitas yang dilakukan dibawah level rata-rata (hipoaktivitas).[4] Pada sebagian penderita sindrom ini juga terjadi autisme.[4] Hal ini terjadi karena perkembangan tubuh dan neuromotor yang abnormal. Kecenderungan lain yang dialami penderita klinefelter adalah keterlambatan dan kekurangan kemampuan verbal, serta keterlambatan kemampuan menulis.[5] Sifat tangan kidal juga lebih banyak ditemui pada penderita sindrom ini dibandingkan dengan manusia normal.[5] Pada pasien dewasa, kemampuan seksualnya lebih tidak aktif dibandingkan laki-laki normal
Fisik
Gejala klinis dari sindrom klinefelter ditandai dengan perkembangan ciri-ciri seksual yang abnormal atau tidak berkembang, seperti testis yang kecil dan aspermatogenesis (kegagalan memproduksi sperma).[6] Testis yang kecil diakibatkan oleh sel germinal testis dan sel selitan (interstital cell) gagal berkembang secara normal.[6] Sel selitan adalah sel yang ada di antara sel gonad dan dapat menentukan hormon seks pria. Selain itu, penderita sindrom ini juga mengalami defisiensi atau kekurangan hormon androgen, badan tinggi, peningkatan level gonadotropin, dan ginekomastia.[6] Penderita klinefelter akan mengalami ganguan koordinasi gerak badan, seperti kesulitan mengatur keseimbangan, melompat, dan gerakan motor tubuh yang melambat.[6] Dilihat dari penampakan fisik luar, penderita klinefelter memiliki otot yang kecil, namun mengalami perpanjangan kaki dan lengan
Pencegahan
Gejala klinefelter pada janin jarang sekali terdeteksi, kecuali bila menggunakan deteksi sebelum-kelahiran (prenatal detection).[7] Sindrom ini terkadang dapat diturunkan dari ayah penderita klinefelter ke anaknya, oleh karena itu perlu dilakukan deteksi sebelum-kelahiran. Sebagian kecil penderita klinefelter dapat tetap fertil dan memiliki keturunan karena adanya mosaiksisme (mosaicism), yaitu adanya campuran sel normal dan sel klinelfelter sehingga sel normal tetap memiliki kemampuan untuk berkembang biak. Semakin cepat dideteksi, penderita klinefelter dapat lebih cepat ditangani dengan terapi farmakologi dan terapi psikologi sebelum memasuki dunia sekolah. Tindakan pencegahan lain yang harus dilakukan adalah uji kemampuan mendengar dan melihat, dan terapi fisik untuk mengatasi masalah motorik dan keterlambatan bicara. Terapi hormon testosteron pada usia 11-12 tahun merupakan salah satu tindakan pencegahan keterbelakangan perkembangan karakteristik seksual sekunder pada pria penderita klinefelter
0 komentar:
Posting Komentar