17 Jan 2010

Pembunuh dari Makassar


Chris Parnell bercerita tentang geng "Pembunuh dari Makassar" yang disiarkan National Geographic, Senin yang lalu

JAKARTA, TRIBUN - National Geographic menayangkan film tentang Chris Parnell, seorang Australia yang ditahan atas tuduhan memiliki ganja. Dalam tayangan kesaksian turis Australia ini, Parnel mengungkapkan tentang para "Pembunuh dari Makassar", sebutan untuk geng yang paling ditakuti di Lembaga Pemasyarakatan Malang, Jawa Timur.

Dalam cerita ini, Parnell membantah telah memiliki ganja, ditahan tanpa tuduhan yang kuat, tapi melewatkan 11 tahun di penjara yang kejam sejak 1985.

Parnell sedang tidur bersama istri dan seorang anaknya ketika kamar mereka digerebek polisi. Ia dibawa ke kantor polisi dengan perasaan heran karena merasa tidak melakukan kesalahan.

Polisi menuduh Parnell karena pada barang bukti berupa ganja terdapat sidik jarinya. Padahal sidik jari itu milik temannya, tapi saat pemeriksaan di kantor polisi, penyidik yang tidak tahu bahasa Inggris melakukan kesalahan: identitas Parnell tertukar dengan temannya. Si teman bebas, tapi Parnell ditahan.

Parnell sadar bahwa tanpa melakukan apapun, ia akan habis di penjara. Maka berbagai upaya pelarian dilakukan, mulai dari berpura-pura gila hingga dibawa ke rumah sakit jiwa, hingga memanjat pagar tahanan. Usaha pelariannya yang berulang kali tidak pernah berhasil.

Hingga suatu waktu, Parnell dipindah ke LP Malang. Di sinilah dia mengenal penjara paling kejam dengan geng tahanan yang sering saling menikam. Di antara geng yang paling ditakuti, demikian Parnell, adalah geng "Pembunuh dari Makasssar".

Parnell melukiskan: Bila Anda digertak akan dibunuh, jangan takut karena itu tidak akan pernah terjadi. Anda justru harus takut pada mereka yang tidak menggertak sama sekali dan itu adalah geng "Pembunuh dari Makassar".

Suatu pagi pukul 06.00, seorang pria berbadan besar dan muka sangar, mengendap masuk ke kamar Parnell yang sedang tidur. Pria besar itu menindih tubuh Parnel. Ketika akan menghujamkan pisau ke dadanya, Parnell terbangun.

Mereka bergumul tapi pria itu terlalu kuat untuk Parnell. Ia ditusuk berkali-kali: di dadanya, bahkan mata kiri.

Parnell dilarikan ke rumah sakit. Luka-lukanya begitu parah hingga dokter memvonis Parnell sudah meninggal. Ia dibawa ke kamar mayat.

Sebelum dikuburkan, masih di kamar mayat, Parnell tiba-tiba menggerakan bibirnya. Perawat yang kebetulan berada di situ kaget bukan main. Cek punya cek, Parnell ternyata masih hidup.

Ia segera dirawat tapi mata kirinya tak bisa ditolong. Ia buta.

Tidak lama setelah kembali ke penjara, Parnell bebas. Ia balik ke Melbourne, berkumpul kembali bersama keluarganya. Dengan mata butanya, Parnell tidak akan pernah melupakan geng "Pembunuh dari Makassar".

Ia pun tidak akan melupakan Marisso, nama sesama tahanan yang mencabik-cabik tubuhnya dan membuat mata kirinya buta untuk selama-lamanya.***

0 komentar:

Lihat Juga

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...
Channelone © 2012

  © Blogger template 'Ultimatum' by Ourblogtemplates.com 2008

Back to TOP