Jam
Sistem pembagian waktu menjadi 24 bagian sehari diketahui telah ada sejak 3500 SM. Orang Mesir membagi siang (terang) dan malam (gelap) masing-masing menjadi 12 bagian yang disebut jam. Namun karena panjang siang dan malam selalu berbeda akibat perubahan musim, maka panjang masing-masing jam juga berubah untuk menyesuaikannya.
Sekitar tahun 300 SM, seorang ahli astronomi Babilonia menetapkan panjang semua bagian dalam 24 jam menjadi sama tanpa memperhatikan waktu terbit dan terbenamnya matahari. Orang Eropa belum mengadaptasi sistem pembagian sama untuk 24 jam sampai tahun 1350 M, beberapa dekade setelah diperkenalkannya jam mekanis.
Saat ini ada dua sistem perhitungan waktu: sistem 12 jam yang digunakan secara luas di dunia dan sistem 24 jam yang digunakan militer Amerika Serikat dan sebagian besar Eropa. Dalam sistem ini, tengah malam bisa disebut jam 24.00 hari ini atau jam 00.00 hari berikutnya. Sistem 24 jam menghitung waktu mulai 00.00 dan berakhir 24.00. Sedangkan sistem 12 jam menghitung waktu mulai 01.00 AM (ante meridium) pada tengah malam sampai 12.00 AM pada tengah hari, berikutnya dihitung sebagai 01.00 PM (post meridium) pada tengah hari sampai 12.00 pada tengah malam.
Para ilmuwan biasanya menggunakan sistem 24 jam untuk menghitung waktu, khususnya dalam bidang astronomi untuk mencatat jejak lokasi dan kejadian astronomis. Bumi dibagi menjadi 24 wilayah waktu dimana “waktu 0” ditetapkan di Greenwich, Inggris (universal time) pada garis 0 derajat bujur. Dengan sistem pembagian ini maka bumi terbagi menjadi dua bagian yaitu bujur barat dan bujur timur. Perbedaan waktu antara daerah di belahan bujur barat dan bujur timur bisa terjadi dalam satu hari. Sebagai contoh waktu di Indonesia (bujur timur) lebih cepat satu hari dibandingkan di Amerika Serikat (bujur barat).
0 komentar:
Posting Komentar